Anak Muda Pewarta Kabar Baik

Ketika saya mengajak anak-anak muda untuk ikut terlibat dalam pelatihan media dan menjadi Pewarta Kabar Baik, ini sama dengan mengajak anak muda menjadi seorang penulis. Yakni mengajak menjadi pribadi-pribadi yang jujur dengan dirinya sendiri, berinisiatif, mau dan mampu mengolah pesan dari dalam dirinya menjadi pesan yang baik.

Pelatihan bagi anak remaja dan pemuda ini menjadi upaya agar tetap dapat hadir di antara anak muda, lalu mencoba mengerti kesukaan dan preferensi lainnya, menjadi sahabat anak muda yang dapat berdiskusi dan bekerjasama. Ini ibarat membuka ruang-ruang perjumpaan sekaligus pembelajaran bersama. Dengan pilihan ini, alih-alih mengajarkan apa itu Kabar Baik, tetapi bersama menggagas apa dan bagaimana sang pewarta kabar baik di kekinian.

Berkumpul di sekitar Anak Muda

Saya membayangkan punya cukup waktu untuk mendampingi anak-anak muda jaman sekarang, seketika saya dipenuhi kenangan semangat sewaktu saya muda dengan semua karya dan cita-cita. Apakah saya dapat mengerti sepenuhnya perkembangan yang cepat pada anak muda masa kini, sayapun memilih untuk bisa bersikap jujur, bahwa saya perlu belajar dalam kegiatan bersama.

Ini adalah sebuah refleksi saya, ketika dalam satu ibadah mengamati sekelompok anak muda yang bertugas sebagai tim multimedia. Mereka bertugas merekam dan mengatur peralatan audio dan video agar dapat berlangsung baik, dapat disiarkan atau didokumentasikan. Melihat kesungguhan mereka saya tak dapat menahan diri untuk mengusulkan sesuatu.

Saya amati kekompakan tim dalam melayani jemaat, dan tentu mereka juga mendengar dan menghayati pemberitaan Firman Tuhan setiap kali bertugas. Pastilah ini menjadi bagian dari pertumbuhan imannya. Ketika saya berkenalan dan menanyakan sesuatu yang barangkali tidak pernah terpikirkan, “Bagaimana kalau teman-teman menjadi reporter yang juga bisa merangkum dan menceritakan ibadah dan kegiatan di gereja ini?”

Semua Bisa Menjadi Pewarta Kabar Baik

Saya membayangkan sebuah komunitas pewarta, adalah sebuah tim dalam persahabatan berbagi beban pelayanan. Ada yang mempersiapkan narasi ayat-ayat Alkitab dan lagu, ada yang mengatur kabel-kabel terhubung dengan baik dan video terkirim dari kamera ke alat pengontrol di dalam ruangan berdinding kaca di pojok ruang gereja.

Sebuah ide kecil, bila mereka menjadi reporter ibadah minggu dan melakukan doorstop dengan pengkhotbah minggu dan bertanya pertanyaan eksporatif, “Pak pendeta, bolehkan saya bertanya untuk rekan-rekan saya, pak? Apa pesan bagi anak muda setelah mendengarkan khotbah hari ini – Saksi Kebangkitan Tuhan”?

Proses kecil namun perlu dukungan besar yang memunculkan kreativitas dan ruang-ruang ramah anak-muda untuk menjadi dirinya sendiri. Ini bekal awal menjadi tim yang kreatif untuk memperkaya pengalaman pelayanan dengan menjadi pelaku yang aktif menuangkan apa yang dia dengar menjadi tulisan atau podcast rekaman reportase mingguan.

Pewarta Kabar Baik kini menjadi sebuah upaya bersama, ketika mereka tidak saja petugas multimedia, tetapi menjadi tim media yang mampu bercerita kepada sahabatnya. Mereka bisa melibatkan anggota gerejanya untuk menjadi narasumber tentang apa yang dihayati sepulang ibadah minggu.

Di Jakarta, saya mempunyai teman yang menjadi fotografer gereja, dia bertugas mendokumentasinya ibadah minggu. Hasilnya dibagikan melalui website gereja. Saya membayangkan sebuah foto adalah sebuah hasil jepretan kamera pada sudut tertentu dari seluruh peristiwa. Sebuah foto dapat dilengkapi dengan narasi yang utuh, lalu menjadi bagian dari pewartaan yang sengaja dikomunikasikan bersama, bisa dengan text, audio atau pun dengan video.

Persahabatan Lintas Batas

Pelatihan “Semua Bisa Menjadi Pewarta Kabar Baik” bukanlah pelatihan untuk menjadi penyiar hebat dan viral, tetapi untuk menjadi tim yang mampu menyampaikan sebuah pesan yang terbaik kepada mitra layannya yang tepat. Lalu darimana kita bisa belajar menggali dan mengolah pesannya?

Pewartaan kabar baik tidak terbangun dari proses komunikasi yang anonim, walau bisa saja hal seperti ini terjadi. Namun sebagai sebuah proses bersama yang yang disengaja dan disampaikan dengan jujur, sebuah medium bisa sekaligus diciptakan, dalam bahasa anak muda, sering disebut dengan teman sebaya. Ketika seorang anak-muda menjadi penyampai dan sekaligus pesan bagi kalangannya, bagi sahabatnya.

Kini juga berkembang istilah inter-generasi yang menempatkan kepedulian lintas usia. Upaya mendorong komunitas untuk peduli dan ramah anak, misalnya. Ini adalah upaya bersama lintas generasi yang mestinya serentak ada kesengajaan untuk ramah bagi kelompok usia dan kelompok rentan lainnya.

Persahabatan lintas batas yang disengaja dapat diciptakan untuk mendorong kepedulian kaum muda, bisa saja menjadi salah satu sumber pesan dan akhirnya melahirkan cara baru mengolah pesan itu sendiri. Bagaimana seandainya ketika anak muda ditempat lain mengalami bencana banjir, cerita ini menjadi cerita sahabat yang peduli dan berbuat.

Jejaring Pewarta Kabar Baik

Anak muda dapat menjadi penggerak dalam pewartaan kabar baik. Ini adalah sisi lain dari asumsi bahwa anak muda adalah “pemangsa” trend budaya baru. Ini adalah tantangan yang layak untuk disampaikan dari sekedar kecenderungan ikut arus serba baru tersebut, yakni ada arus kabar baik.

Seperti halnya kepedulian dan persahabatan, tidak lahir dengan sendirinya, namun terlahir dari pembelajaran yang disengaja dalam komunitas, demikian juga seorang “penyiar muda” juga perlu digagas dan disampaikan menjadi sebuah tantangan bagi anak muda.

Sebuah pelatihan media dan komunikasi di kota Karawang dibuat diawali dengan respon dari seorang remaja SMP yang ingin menjadi penyiar radio. Lalu tawaran ini diwadahi menjadi kegiatan bersama dalam persahabatan lintas batas melalui jejaring internet. Sebuah tantangan untuk peduli dan saling memahami, dalam pelatihan untuk saling mendengar dan memahami komunitas lain.

Lalu mengapa kita membangun jejaring pewarta kabar baik? Jawabnya adalah di era kekinian barangkali tidak cukup dengan warta “kabar baru” saja, tetapi perlu kabar baru yang baik, dan itu perlu belajar dari sumber sejati dari karunia yang mampu membarui kehidupan kita. Karena, “Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!” ~ Rat. 3:22-23.

0:00
0:00